Proses perencanaan atau merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan sebuah profesi atau usaha yang dilakukan dalam aktifitas kehidupan adalah merupakan modal awal atau langkah awal yang akan ditempuh. Karena setiap orang yang akan melaksanakan aktifitas adalah rencana apa yang akan dilakukan unutk mencapai sasaran yang ada. Dakwah, baik sebuah konsep maupun aktifitas, hendaknya selalu mengacu pada kebutuhan dasarnya. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya memperoleh hasil maksimal dari tujuan dakwah, yaitu terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang lebih baik, secara material maupun spiritualnya. Kesesuaian antara konsep dan aktifitas serta tujuan dakwah ini tidak dimaksudkan untuk mereduksi makna dan hakikat dakwah, tapi lebih diarahkan pada efektifitas dan efesiensi dakwah. Oleh karena itu, perbedaan yang sering kali terlihat antara satu aktifitas dakwah dan aktifitas dakwah yang lain tidak pada tujuan maupun misi yang disampaikan, tetapi lebih pada paradigma, strategi dan kemasan dakwah. Sebagai salah satu institusi formal yang di topang oleh beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, tentunya sudah merancang dan mempersiapkan program pendidikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyrakat sebagai pengguna “ jasa alumni”. Berbicara tentang efektifitas dan efesiensi dakwah, tentunya hal yang mendasar adalah apa yang dapat kita lakukan dalam usaha tersebut. artinya kita harus mengerjakan pekerjaan yang benar dan tepat, sehingga sesuai dengan prosedur yang ada. Dan juga apa yang dapat kita hasilkan atau kita implementasikan dari aktifitas yang kita lakukan, yakni mengerjakan suatu pekerjaan dengan benar dan tepat. Artinya segala sesuatu yang akan kita lakukan tentunya mempunyai prosedur sehingga dapat menghasilkan sebuah kepuasan dalam diri kita pribadi dan orang lain. Kerena jika kita melakukan aktifitas apapun itu, misalnya aktifitas dakwah tentu dengan persiapan yang matang dan rasa optimisme serta sungguh-sungguh untuk melakukan pekerjaan tersebut, maka keberhasilan yang akan kita dapatkan Adapun strategi yang akan penulis jabarkan mengenai Identifikasi masalah dakwah sebagai upaya efektifitas dan efisiensi dakwah adalah sebagai berikut; a) planning, artinya dalam upaya pencapaian sasaran dakwah tentunya harus lah mempunyai rencana yang matang dan tersetruktur. Rencana yang dapat diambil adalah, focus pada visi dan misi dakwah yaitu membangun peradapan islam. Yang pertama adalah menyiapkan kader yang berwawasan luas baik dalam bidang agama ataupun bidang yang lainnya. Jika seorang kader yang akan terjun kelapangan untuk membawa misi dakwah tidak mempunyai wawasan yang cukup, maka kegagalan yang akan diterima. Mengapa? Karena gagal dalam merencanakan berarti sesungguhnya kita telah merencanakan kegagalan. “lebih baik bersimbah keringat disaat latihan dari pada bersimbah darah pada saat berperang”. Kata-kata ini tentunya dapat kita jadikan bahan acuan untuk merencanakan dengan maksimal upa-upaya yang akan ditempuh. Namun perlu diketahui juga bahwah planning ini tentunya mempunyai jangka waktu, yaitu jangka waktu pendek dan jangka panjang. Jangka pendek artinya menggunakan rencana yang ada hanya dapat dipakai sekali saja. Ini dilakukan untuk mengahadapi situasi yang non rutin. Sedangkan jangka panjang maka ini dilakukan untuk mengahadapi situasi rutin. Berkaitan dengan hal yang diatas maka hal yang akan disusun adalah 1) melakukan pendekatan kepada masyarakat. Artinya hal yang pertama dilakukan adalah mengambil atau menarik simpati mengenai produk yang akan kita tawarkan. 2) mencari data penduduk atau mencari perbandingan tentang masyarakat setempat. Artinya mayoritas muslim atau non muslim, sehingga langkah yang akan kita tempuh akan lebih mudah jika kita mengetahui data penduduk tersebut. Dengan kata lain database yang kita dapat akurat adanya. 3) dapat menarik simpati pengurus DKM tersebut, sehingga akan mempermudah kita dalam ekspansi dakwah kepada masyarakat. Nah hal inilah yang akan mengefektifitaskan dan mengefesiensikan kegiatan dakwah yang kita lakukan. Tidak hanya itu saja, namun persiapan mental untuk terjun kelapangan dakwah tidaklah hal yang mudah dilakukan oleh sesorang. 4) memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal. Bahwah keberadaan kita di masyarakat adalah untuk memenuhi kebutuhan spiritual atau dengan kata lain menjauhkan masyarakat dari hal-hal yang musyrik. Karena realitas yang ada dalam masyarakat adalah masih banyanyak budaya-budaya yang berbau kemusyrikan. 5) menghormati pendapat yang berbeda didalam masyarakat. Artinya apabila ada pendapat yang dikemukakan masyarakat maka kita sebagai da’I tidak boleh langsung menyalakan pendapat yang dikemukan oleh masyarakat karena tidak sesuai dengan pendapat kita. Nah disinilah nantinya kita akan menemukan sikologi masyarakat tersebut. b) controlling, yakni adanya pengawasan yang kita lakukan terhadap perkembangan yang ada di salam masyarakat tersebut mengenai peningkatan kegiatan spiritual yang dilakukan atau dengan kata lain kita menjadi motivator. karena kita dituntut dapat memberikan penyegaran-penyegaran yang bersifat motivasi, sehingga disenangi oleh masyarakat. Yang menjadi bahan acuan selanjutnya adalah tinggal bagaiman kita mampu memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Jangan kembali pulang kalau tidak kan menang. Kata-kata ini patut kita tancapkan dalam dada kita. Karena masadepan umat islam ada ditangan kita. Oleh karena itu, kita selaku generasi muda harus tetap gigih dalam ekspansi dakwah. Tiada hal yang mustahil bagi Allah SWT jika kita mau untuk berbuat dan terus berbuat untuk menegakan peradapan islam dibumi Allah ini.